16 Mar 2018

Komunitas Virtual di Era New Media

Edit Posted by with No comments

Halo pengguna setia blogger! Akhirnya saya memiliki keinginan lagi untuk menulis lagi di blog setelah vakum selama 6 tahun, hahaha:’) yup kali ini saya menulis tentang hal yang penting dan tidak seperti biasanya yang menulis dengan tema tidak jelas haha.

Pada tulisan kali ini, saya akan membahas suatu hal yang sangat melekat di kehidupan masyarakat modern ini, yaitu kehadirannya New Media di dalam masyarakat. Ada banyak sekali jenis-jenis new media di dunia ini dan kita tidak bisa menolak kehadirannya tersebut. disini saya lebih menjelaskan salah satu New Media yang sedang berkembang pesat, yaitu internet.


Di awali dengan pengertian New Media itu sendiri, New Media merupakan tempat dimana seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelit meningkatkan penggunaan jaringan kabel dan komputer, keterlibatan audiens dalam proses komunikasi yang semakin meningkat (MC Quail).
Internet pun memiliki arti. Menurut John Perry Barlow (1990) internet merupakan ruang yang muncul ketika anda sedang menelpon, ruang interaksi interaktif yang diciptakan oleh media sehingga ada kesadaran tentang kehadiran orang lain.
Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan internet pun turut mendorong perkembangan teknologi dalam berbagai bidang. Internet ini memiliki sifat seperti narkoba, yang jika memakainya akan memiliki rasa kecanduan untuk mengakses internet tersebut. Teknologi internet banyak dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam, diantaranya sebagai hiburan, mencari sumber informasi, berinteraksi dengan orang lain secara virtual, ada juga yang menggunakan internet sebagai pekerjaan, misal marketing online, dan sebagainya.
Berbagai macam media baru ditawarkan di dalam cyberspace tersebut. seperti misal aplikasi chatting line, whatsapp, twitter, facebook, google, skype, instagram dan sebagainya. Dari aplikasi-aplikasi tersebut, biasanya kita akan bergabung ke dalam suatu komunitas virtual.
Komunitas virtual dengan komunitas dunia nyata tentu hal yang berbeda, namun memiliki kesinambungan diantara keduanya tersebut. Komunitas virtual memiliki pengertian, yang merupakan salah satu bentuk komunitas yang dibentuk berdasarkan kesukaan yang sama terhadap satu hal tertentu dan para anggota yang tergabung di dalamnya melakukan interaksi satu sama lain secara sering seperti hal nya mengobrol, atau bertukar informasi melalui dunia online lewat internet.
Sedangkan komunitas dunia nyata ini lebih memilih bertemu langsung antar anggotanya tanpa media perantara. Dari segi organisasi sosial komunitas dunia nyata terikat pada tempat dan waktu. Untuk interaksi dan bahasa, komunitas dunia nyata menggunakan bahasa verbal dan nonverbal dalam komunikasinya, dari segi budaya, komunitas dunia nyata terdiri dari kultur budaya yang homogen.
Banyak remaja bahkan dewasa sekali pun mengikuti komunitas virtual dengan tujuan sebagai hiburan. Dalam suatu komunitas virtual setiap anggotanya bisa menjadi lebih mengetahui perkembangan dan informasi yang sedang menjadi bahan perbincanan hangat di dalam masyarakat, dan biasanya para anggota mencari tempat untuk bertukar pikiran, informasi, dan pengetahuan bisa masuk ke dalam suatu komunitas tertentu dalam dunia maya. Saat mereka menjadi bagian dari suatu komunitas, maka keinginan untuk menggunakan internet akan semakin meningkat dan membuat mereka lebih merasa bermanfaat dengan bergabung dalam komunitas tersebut.
Saya pun pernah menjadi bagian dari suatu komunitas virtual. Komunitas virtual tersebut berasal dari sekumpulan pengguna twitter yang aktif. Awal terbentuknya komunitas virtual pengguna twitter tersebut karena ingin lebih akrab dengan para pengguna twitter yang berasal dari daerah yang berbeda-beda juga untuk menambah relasi pertemanan. Sifat komunitas pengguna twitter ini adalah informal, dan tidak ada peraturan khusus untuk menjadi anggota dari komunita pengguna twitter ini. Kami pun bisa kenal dengan satu sama lain dikarenakan di awal terbentuknya komunitas tersebut, masing-masing anggota diharuskan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu dan saling mengobrol tentang hal apa saja yang mereka sukai.
Komunitas virtual yang saya ikuti pun juga melakukan kegiatan ‘kopi darat’ dengan tujuan lrbih mempererat hubungan antar anggota. Biasanya diadakan kopi darat sebulan sekali di tempat yang berbeda-beda. Ketika berkumpul dengan para anggota komunitas virtual pengguna Twitter tersebut, biasanya terdapat beberapa obrolan yang menarik untuk didiskusikan seperti obrolan tentang hal yang sedang menjadi perbincangan di twitter, atau pun obrolan lainnya yang bersifat ringan.
Selama saya menjadi anggota komunitas virtual pengguna Twitter pun, saya merasakan dampak yang positif dan negatif. Adapun yang menjadi dampak positif adalah saya memiliki teman yang banyak dari berbagai daerah, saya pun memiliki informasi-informasi penting yang didapatkan dari anggota lainnya atau juga terjadinya pertukaran pengetahuan dan informasi, saya dapat mengetahui sedikit-sedikit mengenai budaya dari masing-masing anggota berasal, saya pun menjadi lebih terbuka untuk mengenal orang baru, komunikasi dengan orang lain menjadi lebih cepat, mudah, dimana dan kapan saja serta masih banyak lagi dampak positif yang saya dapatkan.
Lalu untuk negatifnya, saya merasa bahwa waktu saya hanya untuk komunitas virtual tersebut dengan membalas chatnya setiap saat dan jadi mengabaikna teman-teman yang berada di dunia nyata. Sewaktu saya menjadi anggota komunitas virtual pun saya merasa bahwa saya anti sosial, karena saya setiap saat selalu memegang HP untuk berinteraksi dengan teman-teman yang ada di virtual tersebut, dan membuat nilai akademis saya menurun. Saya pun menjadi tidak peka terhadap lingkungan sekitar karena terlalu sibuk dengan komunitas virtual yang menurut saya waktu itu sangat mengasyikkan, sehingga saya kurang update dengan lingkungan yang ada di sekitar saya. Lalu, di dalam komunitas virtual terdapat banyak orang yang berasal dari daerah yang berbeda, sehingga terkadang saya atau pun anggota yang berbeda daerah tersebut terjadi perbedaan pendapat atau pemahaman dan terjadilah suatu perdebatan kecil, walaupun pada akhirnya perdebatan itu bisa diselesaikan, karena terkadang kita tidak mengetahui atau salah paham terhadap orang lain yang berbicara di dalam virtual tersebut, karena kita tidak tahu bagaimana intonasi yang tepat juga gaya bicara orang tersebut apakah sedang marah atau tidak, sehingga itulah yang menjadi terjadinya perdebatan.
Namun, saya saat ini sudah tidak lagi mengikuti komunitas virtual, dikarenakan kesibukan saya di kuliah, juga saya lebih ingin memperbanyak komunitas yang bersifat nyata dibandingkan virtual, sehingga saya pun tidak menjadi manusia yang anti sosial.

Referensi:
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006. Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consquences of ITCs.London : Sage Publication Ltd.

0 komentar:

Posting Komentar