Halo pengguna setia blogger! Akhirnya saya
memiliki keinginan lagi untuk menulis lagi di blog setelah vakum selama 6
tahun, hahaha:’) yup kali ini saya menulis tentang hal yang penting dan tidak
seperti biasanya yang menulis dengan tema tidak jelas haha.
Pada tulisan kali ini, saya akan membahas
suatu hal yang sangat melekat di kehidupan masyarakat modern ini, yaitu
kehadirannya New Media di dalam
masyarakat. Ada banyak sekali jenis-jenis new media di dunia ini dan kita tidak
bisa menolak kehadirannya tersebut. disini saya lebih menjelaskan salah satu New Media yang sedang berkembang pesat,
yaitu internet.
Di awali dengan pengertian New Media itu sendiri, New Media merupakan tempat dimana
seluruh pesan komunikasi terdesentralisasi; distribusi pesan lewat satelit
meningkatkan penggunaan jaringan kabel dan komputer, keterlibatan audiens dalam
proses komunikasi yang semakin meningkat (MC
Quail).
Internet pun memiliki arti. Menurut John
Perry Barlow (1990) internet merupakan ruang yang muncul ketika anda sedang menelpon,
ruang interaksi interaktif yang diciptakan oleh media sehingga ada kesadaran
tentang kehadiran orang lain.
Di era globalisasi sekarang ini, perkembangan
internet pun turut mendorong perkembangan teknologi dalam berbagai bidang. Internet
ini memiliki sifat seperti narkoba, yang jika memakainya akan memiliki rasa
kecanduan untuk mengakses internet tersebut. Teknologi internet banyak
dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai macam, diantaranya sebagai hiburan,
mencari sumber informasi, berinteraksi dengan orang lain secara virtual, ada
juga yang menggunakan internet sebagai pekerjaan, misal marketing online, dan
sebagainya.
Berbagai macam media baru ditawarkan di
dalam cyberspace tersebut. seperti misal aplikasi chatting line, whatsapp,
twitter, facebook, google, skype, instagram dan sebagainya. Dari
aplikasi-aplikasi tersebut, biasanya kita akan bergabung ke dalam suatu
komunitas virtual.
Komunitas virtual
dengan komunitas dunia nyata tentu hal yang berbeda, namun memiliki
kesinambungan diantara keduanya tersebut. Komunitas virtual memiliki
pengertian, yang merupakan salah satu bentuk komunitas yang dibentuk
berdasarkan kesukaan yang sama terhadap satu hal tertentu dan para anggota yang
tergabung di dalamnya melakukan interaksi satu sama lain secara sering seperti
hal nya mengobrol, atau bertukar informasi melalui dunia online lewat internet.
Sedangkan
komunitas dunia nyata ini lebih memilih bertemu langsung antar anggotanya tanpa
media perantara. Dari segi organisasi sosial komunitas dunia nyata terikat pada
tempat dan waktu. Untuk interaksi dan bahasa, komunitas dunia nyata menggunakan
bahasa verbal dan nonverbal dalam komunikasinya, dari segi budaya, komunitas
dunia nyata terdiri dari kultur
budaya yang homogen.
Banyak remaja bahkan dewasa sekali pun
mengikuti komunitas virtual dengan tujuan sebagai hiburan. Dalam suatu
komunitas virtual setiap anggotanya bisa menjadi lebih mengetahui perkembangan dan
informasi yang sedang menjadi bahan perbincanan hangat di dalam masyarakat, dan
biasanya para anggota mencari tempat untuk bertukar pikiran, informasi, dan
pengetahuan bisa masuk ke dalam suatu komunitas tertentu dalam dunia maya. Saat
mereka menjadi bagian dari suatu komunitas, maka keinginan untuk menggunakan
internet akan semakin meningkat dan membuat mereka lebih merasa bermanfaat
dengan bergabung dalam komunitas tersebut.
Saya pun pernah menjadi bagian dari suatu
komunitas virtual. Komunitas virtual tersebut berasal dari sekumpulan pengguna
twitter yang aktif. Awal terbentuknya komunitas virtual pengguna twitter
tersebut karena ingin lebih akrab dengan para pengguna twitter yang berasal
dari daerah yang berbeda-beda juga untuk menambah relasi pertemanan. Sifat
komunitas pengguna twitter ini adalah informal, dan tidak ada peraturan khusus
untuk menjadi anggota dari komunita pengguna twitter ini. Kami pun bisa kenal
dengan satu sama lain dikarenakan di awal terbentuknya komunitas tersebut,
masing-masing anggota diharuskan untuk memperkenalkan diri terlebih dahulu dan
saling mengobrol tentang hal apa saja yang mereka sukai.
Komunitas virtual yang saya ikuti pun juga
melakukan kegiatan ‘kopi darat’ dengan
tujuan lrbih mempererat hubungan antar anggota. Biasanya diadakan kopi darat
sebulan sekali di tempat yang berbeda-beda. Ketika berkumpul dengan para
anggota komunitas virtual pengguna Twitter tersebut, biasanya terdapat beberapa
obrolan yang menarik untuk didiskusikan seperti obrolan tentang hal yang sedang
menjadi perbincangan di twitter, atau pun obrolan lainnya yang bersifat ringan.
Selama saya menjadi anggota komunitas
virtual pengguna Twitter pun, saya merasakan dampak yang positif dan negatif. Adapun
yang menjadi dampak positif adalah saya memiliki teman yang banyak dari
berbagai daerah, saya pun memiliki informasi-informasi penting yang didapatkan
dari anggota lainnya atau juga terjadinya pertukaran pengetahuan dan informasi,
saya dapat mengetahui sedikit-sedikit mengenai budaya dari masing-masing
anggota berasal, saya pun menjadi lebih terbuka untuk mengenal orang baru,
komunikasi dengan orang lain menjadi lebih cepat, mudah, dimana dan kapan saja
serta masih banyak lagi dampak positif yang saya dapatkan.
Lalu untuk negatifnya, saya merasa bahwa
waktu saya hanya untuk komunitas virtual tersebut dengan membalas chatnya
setiap saat dan jadi mengabaikna teman-teman yang berada di dunia nyata. Sewaktu
saya menjadi anggota komunitas virtual pun saya merasa bahwa saya anti sosial,
karena saya setiap saat selalu memegang HP untuk berinteraksi dengan
teman-teman yang ada di virtual tersebut, dan membuat nilai akademis saya
menurun. Saya pun menjadi tidak peka terhadap lingkungan sekitar karena terlalu
sibuk dengan komunitas virtual yang menurut saya waktu itu sangat mengasyikkan,
sehingga saya kurang update dengan lingkungan yang ada di sekitar saya. Lalu,
di dalam komunitas virtual terdapat banyak orang yang berasal dari daerah yang
berbeda, sehingga terkadang saya atau pun anggota yang berbeda daerah tersebut terjadi
perbedaan pendapat atau pemahaman dan terjadilah suatu perdebatan kecil,
walaupun pada akhirnya perdebatan itu bisa diselesaikan, karena terkadang kita
tidak mengetahui atau salah paham terhadap orang lain yang berbicara di dalam
virtual tersebut, karena kita tidak tahu bagaimana intonasi yang tepat juga
gaya bicara orang tersebut apakah sedang marah atau tidak, sehingga itulah yang
menjadi terjadinya perdebatan.
Namun, saya saat ini sudah tidak lagi mengikuti
komunitas virtual, dikarenakan kesibukan saya di kuliah, juga saya lebih ingin
memperbanyak komunitas yang bersifat nyata dibandingkan virtual, sehingga saya
pun tidak menjadi manusia yang anti sosial.
Referensi:
Lievrouw, Leah A. & Sonia Livingstone. 2006. Handbook of New Media : Social Shaping and Social Consquences of ITCs.London : Sage Publication Ltd.
0 komentar:
Posting Komentar